Rabu, 11 Mei 2011

BAHAYA HASAD DAN SOLUSINYA

BAHAYA HASAD DAN SOLUSINYA
Segala puji hanya bagi Allah Ta’ala, shalawat dan salam semoga tetap
tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam, dan aku bersaksi bahwa tiada Rab yang berhak disembah dengan sebenarnya
selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi
bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya.. Amma Ba’du:

Di antara sifat tercela yang dilarang oleh syara’ adalah hasad, inilah penyakit laten yang banyak menimpa umat ini,bahkan tidak jarang pula terkadang menimpa para penuntut ilmu syar’i.Na’udzubillah min dzalik.
Maka dari itu perlu kita mengetahui secara mendalam tentang bahaya hasad ini agar kita terjauh darinya.Berkata seorang penyair;

عرفت الشر لا للشر لكن لتوقيه         ومن لم يعرف الشر يقع فيه                
“Aku mengetahui keburukan bukan untuk dimalkan akan tetapi untuk ditinggalkan.
Barangsiapa yang ttidak mengetaui keburukan maka dia akan jatuh kedalamnya”.

DEFINISI HASAD
Hasad dikenal dalam bahasa Indonesia dengan iri atau dengki.
Al-Ragib berkata, “Hasad adalah berangan-angan agar nikmat itu hilang
dari orang yang berhak menerimanya, bahkan mungkin angan-angan itu
dibarengi dengan aksi untuk menghilangkan nikmat tersebut.[ Mufrodat Al-Fazil Qur’an, halaman: 116]
Imam Ibnul Manzhur rohimahulloh berkata : “Hasad adalah engkau berangan-angan hilangnya nikmat orang yang engkau dengki.” (Lisanul Arab, Ibnul Manzhur 3/148, at-Ta’riifat, Ali al-Jurjani hlm.87]
Syaikhul Islam Ibni Taimiyyah berkata : “Yang benar, bahwa hasad adalah sekedar membenci apa yang dia lihat dari keutamaan dan kebaikan orang yang dia dengki.” (Majmu’ Fatawa 10/111)
Syaikh Ibnu Utsaimin rohimahulloh berkata : “Sudah diketahui bersama, bahwa orang yang sekedar benci dia akan berangan-angan hilangnya nikmat orang yang dia dengki. Walhasil, sekedar engkau membenci kenikmatan Alloh yang diberikan pada seseorang, maka engkau orang yang hasad.” (Syarh al-Arba’in an-Nawawiyyah hlm. 339)
HUKUM HASAD
Hasad adalah perkara yang diharamkan dalam Islam karena ini merupakan perangai Iblis. Sebagian salaf mengatakan : “ Hasad adalah dosa pertama kali yang muncul dalam memaksiati Alloh di langit. Yaitu hasadnya Iblis kepada Adam. Dan juga dosa pertama kali yang muncul dalam memaksiati Alloh di bumi, yaitu hasadnya anak Adam kepada saudaranya ketika membunuhnya. (Adab Dunya wa Dien halm. 424).Dan hasad adalah sifat dasar orang-orang yahudi.Allah ta’ala berfirman:
ود كثير من أهل الكتاب لو يردونكم من بعد إيمانكم كفارا حسدا من عند أنفسهم من بعد ما تبين لهم الحق
Artinya:”Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri setelah nampak bagi mereka kebenaran”. (QS. Al-Baqarah: 109)
. Alloh azza wa jalla berfirman :
إِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوا بِهَا

Artinya:”Apabila kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. (QS. Ali Imron  : 120)
Alloh memerintahkan kita untuk berlindung dari kejelekan hasad.
Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
Dan dari kejahatan pendengki apabila ia dengki (QS. Al-Falaq (113) : 5)
Cukuplah hal itu sebagai tanda akan jeleknya perangai hasad. Andaikan celaan itu bukan karena hasad adalah akhlak yang rendahan yang bisa mengenai kerabat dan teman, terutama ketika bergaul dan berteman, sungguh berlepas diri dari hal itu adalah kemuliaan. Dan sungguh selamat dari hal itu adalah keberuntungan. (Adab Dunya wa Din al-Mawardi hlm. 425)
Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda :
لاَ تَحَاسَدُوا
Janganlah kalian saling dengki (HR.Muslim : 2564)
Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin rohimahulloh berkata : “Hasad ada tiga tingkatan :
pertama : Berangan-angan untuk melebihi orang lain. Maka ini boleh, bukan hasad.
Kedua : Membenci nikmat Alloh yang diberikan kepada orang lain. Akan tetapi dia tidak berusaha untuk menghilangkan nikmat itu dari orang yang ia dengki. Bahkan selalu berusaha untuk menolak dan melawan gejolak hasadnya. Hasad semacam ini tidak membahayakan, sekalipun yang lainnya lebih sempurna.
Ketiga : Hatinya terjangkiti penyakit hasad, dan dia berusaha menurunkan martabat orang yang ia dengki, maka ini adalah hasad yang diharamkan. Pelakunya terkena dosa.” (Syarah al-Arba’in an-Nawawiyyah hal. 343)
SEBAB-SEBAB HASAD
Imam al-Mawardi rohimahulloh berkata : “ Sebab pendorong hasad ada tiga perkara :
Pertama : Kebenciannya terhadap orang yang dia dengki. Dia merasa sakit hati dengan keutamaan yang diperoleh orang lain, dari sinilah hasadnya timbul.
Kedua : Orang yang ia dengki mempunyai keutamaan dan kelebihan yang tidak bisa ditandingi oleh pelaku hasad tersebut. Dia benci apabila saingannya maju, dan berhasil. Jenis hasad ini adalah hasad yang pertengahan. Karena ia tidak hasad pada orang yang selevel atau yang lebih rendah darinya, dia hanya hasad pada orang yang lebih tinggi dan berhasil darinya.
Ketiga : Orang yang hasad bakhil terhadap nikmat yang ia peroleh. Padahal nikmat itu bukan usahanya. Maka apabila dia melihat orang lain mendapat nikmat Alloh, dia akan benci, iri dan dengki dari hal tersebut. Secara tidak sadar ia telah menentang ketentuan Alloh. Ini adalah jenis hasad yang paling jelek.” (Adab Dunya wa Din hlm 426)
Maka tatkala hasad ini sudah mulai menjangkiti hati kita kita harus sigap dan tidak membiarkannya terus tumbuh dan bersemi.Karena ia laksana tanaman yang tumbuh besar karena disiranm dengan air.
Syaikhul Islam rohimahulloh mengatakan : “Karena itu dikatakan : tidak ada satu jiwapun kecuali terjangkiti penyakit hasad, tetapi orang yang mulia adalah orang yang menyembunyikannya, sedangkan orang yang tercela adalah yang menampakkannya.” (Majmu’ Fatawa 10/ 124)
 Malapetaka dan bahaya hasad
Orang yang hasad secara sadar maupun tidak telah terjatuh dalam beberapa perkara dan malapetaka yang tidak bisa dianggap ringan :
Pertama : Membenci takdir Alloh, karena apabila dia benci terhadap apa yang Alloh berikan kepada orang lain, pada hakekatnya penentangan terhadap takdir Alloh juga. Sebagian salaf berkata : “Barang siapa yang ridho terhadap ketentuan Alloh, tidak ada seorangpun yang benci padanya. Barangsiapa yang qona’ah terhadap pemberian Alloh, rasa hasad tidak akan masuk padanya.( Adab Dunya wa Dien, al-Mawardi hlm. 425)
Kedua : Hasad menghapus kebaikan sebagaimana api menghanguskan kayu bakar. Karena pada umumnya, orang yang hasad akan menganiaya orang yang ia dengki. Dia akan menyebutkan sesuatu yang dibencinya, menghasud manusia agar menjauhinya dan lain-lain. Ini adalah dosa besar yang menghapuskan kebaikan.
Ketiga: Orang yang hasad akan merasa sesak dada ketika melihat orang lain mendapat nikmat. Acapkali kita melihat orang dengki hatinya gundah, sedih dan dadanya sesak. Dia akan selalu mengawasi saingannya, kesedihan adakn bertambah dan dunia terasa sempit bila saingannya mendapat nikmat.
Keempat : Hasad adalah akhlak orang yahudi. Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman :
أَمْ يَحْسُدُونَ النَّاسَ عَلَى مَا آَتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ فَقَدْ آَتَيْنَا آَلَ إِبْرَاهِيمَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَآَتَيْنَاهُمْ مُلْكًا عَظِيمًا
Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Alloh berikan kepadanya? Sesungguhya kami telah memberikan Kitab dan hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar (QS. An-Nisa [4] : 54)
Dan sudah kita maklumi bersama, bahwa orang yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk kaumnya. Berdasarkan sabda nabi yang berbunyi :
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia ternmasuk golongan mereka. (HR. Abu Dawud ; 4031, Ahmad 2/50, Syaikhul Islam berkata dalam Majmu Fatawa 5/331 : “Sanadnya bagus.” Imam Suyuthi menghasankannya dalam al-Jami’ Ash-Shoghir : 6025, oleh al-Albani)
Kelima : Sekuat apapun hasadnya, tidak mungkin menghilangkan nikmat Alloh yang telah Dia berikan kepada orang lain. Lantas mengapa hasadnya masih mengurat dalam hati?
Keenam : Hasad menafikan kesempurnaan iman. Berdasarkan sabda Nabi shollallohu alaihi wa sallam yang berbunyi :
لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه
Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian sehingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang dicintainya untuk dirinya. (HR. Bukhori : 13, Muslim : 45)
Kelaziman hadits ini, seharusnya engkau benci apabila nikmat Alloh hilang dari saudaramu, bukan malah senang. Apabila engkau senang nikmat Alloh hilang darinya, berarti engkau belum mencintai saudaramu apa yang dicintai oleh dirimu sendiri. Dan hal ini jelas mengurangi kesempurnaan iman.
Ketujuh : Hasad akan menyeret pelakunya berpaling meminta keutamaan dari Alloh. Orang yang hasad akan selalu mengawasi nikmat Alloh yang diberkan kepada orang lain, sementara dirinya sendiri lupa meminta keutamaan dari Alloh. Alloh berfirman :
وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْن وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍعليما
Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Alloh kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita pun ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Dan mohonlah kepada Alloh sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Alloh Maha mengetahui segala sesuatu. (QS. An-Nisa:32)
Kedelapan : Hasad akan membawa peremehan terhadap nikmat Alloh. Orang yang hasad akan melihat dirinya seakan-akan tidak memperoleh nikmat sedikitpun. Dia selalu melihat bahwa orang yang dia dengki berada dalam nikmat yang besar. Akibatnya secara tidak langsung dia telah meremehkan nikmat Alloh dan lupa bersyukur kepada-Nya.
Kesembilan : Hasad adalah akhlak tercela, karena selalu mengawasi nikmat Alloh yang diberikan kepada orang lain. Dia selalu berusaha mengajak kebanyakan manusia untuk menjauhi orang yang dia dengki.
Kesepuluh : Orang yang hasad, pada umumnya akan menyakiti orang yang dia dengki.Hal itu membuat amalannya menjadi bangkrut. Kebaikannya akan diambil oleh orang yang dia dengki. Kebaikannya akan habis, selanjutnya kejelekan orang yang dia dengki akan dilimpahkan kepadanya, kemudian dia akan dicampakkan ke neraka.Wal’iyadzubillah.
Terapi Penyakit Hasad
1.Ilmu yang bermanfaat
Dengan Ilmu yang dimiliki dia akan menyadari bahwa hasad hanya  akan membahayakan dunia dan agamanya. Bahaya bagi agamanya karena dengan hasad dia akan menentang takdir Alloh. Bahaya bagi dunianya, karena hati orang yang hasad akan merasakan pedih manakala orang lain mendapatkan nikmat.
Manshur Al-Faqih berkata:
Katakanlah kepada orang yang dengki kepadaku,
tahukah kamu kepada siapa kamu tidak beradab?.
(sebenarnya) kamu tidak beradab kepada Allah ta’ala dalam pemberian-Nya
(karena) kamu tidak rela dengan apa yang telah diberikan oleh-Nya
( Nihayatul Arab Fi Fununil Adab Juz3/ Hal 267)

Imam Ibnu Rojab rohimahulloh mengatakan “Sungguh Alloh telah mengabarkan tentang suatu kaum yang mereka diberikan ilmu akan tetapi ilmunya tidak memberikan manfaat baginya. Maka ini adalah ilmu yang bermanfaat pada sendirinya, akan tetapi pemiliknya tidak bisa memanfaatkannya.” (Fadhl Ilmi Salaf Ala Ilmi Kholaf hlm. 7)
Alloh berfirman :
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آَتَيْنَاهُ آَيَاتِنَا فَانْسَلَخَ  مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ (175) وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعُ هواه



“ Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah kami berikan kepadanya ayat-ayat kami (Pengetahuan tentang isi al-Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda). Maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau kami menghendaki, sesungguhnya kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan memperturutkan hawa nafsunya yang rendah. (QS. Al-A’rof [7] : 175-176)
2.Taubat
Taubat adalah hal yang sangat menakjubkan. Menghapus dosa sehingga tidak tersisa sedikitpun. Taubat yang nasuha(sejati),adalah dengan menyesali dosa hasadnya, meninggalkan dan bertekat untuk tidak mengulanginya kembali di masa yang akan datang. Apabila hasad muncul bersegeralah minta ampun kepada Alloh, berdoalah agar kedengkian dalam dada hilang.
3. Berfikir positif dan merenungi akibat jelek hasad
Karena dengan demikian dia akan menahan jiwanya dari hasad kepada orang lain. Menyadari bahwa hasad tidak membawa kebaikan sedikitpun.
4. Terimalah taqdir Alloh dengan lapang dada
Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda :
وَارْضَ بِمَا قَسَمَ اللَّهُ لَكَ تَكُنْ أَغْنَى النَّاسِ
“Terimalah apa yang Alloh berikan padamu, niscaya engkau menjadi manusia yang paling kaya. (HR. Tirmidzi 2305, Ahmad 2/310. Dihasankan oleh Al-Albani dalam ash-Shohihah n0.930)
Ibnu Sirin rohimahulloh mengatakan : “ Aku tidak pernah hasad kepada seorangpun dalam urusan dunia. Karena apabila ia ahli surga, bagaimana mungkin aku hasad padanya dalam urusan dunia yang itu tidak ada nilainya di surga nanti. Apabila ia termasuk ahli neraka , maka bagaimana mungkin pula aku hasad padanya dalam urusan dunia sedangkan dia akan masuk neraka? (Ihya ulumuddin 3/1973)
5. Doakan saudaramu
Apabila hatimu terjangkiti hasad, maka doakanlah kebaikan pada orang yang engkau dengki dengan taufiq. Karena doa akan menimbulkan keajaiban, merubah keadaan yang buruk menjadi baik. Pertanda bahwa dirinya tidak dengki dan tidak ada tujuan kecuali kebaikan bagi saudaranya.
 Dari Abuddarda’ rahiyallahu ‘anhu.Bahwasanya Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya: “Doa seseorang Muslim kepada saudaranya di luar adanya yang didoakan itu adalah mustajab - yakni dikabulkan. Di sisi kepalanya ada malaikat yang diserahi untuk itu. Setiap ia berdoa untuk saudaranya itu dengan kebaikan, maka malaikat yang diserahi itu berkata: Amin - semoga Allah mengabulkan doamu itu - dan engkaupun memperoleh sebagaimana yang engkau doakan itu.” (Riwayat Muslim).
6.Cintailah saudaramu karena Allah
Cintailah saudaramu karena Alloh, mulailah dengan bertanya kepada dirinya, agar hasad dalam jiwa hilang dan orang yang kita dengki menjadi orang yang kita senangi. Karena apabila seorang teman sudah senang dan mencintai saudaranya, sudah barang tentu rasa hasadnya akan berkurang dan hilang. Cobalah, barangkali usaha ini tampaknya sulit, akan tetapi mujarab. Ingatlah selalu firman Alloh yang berbunyi :
وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيم  
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (QS Fushilat[41] : 34)
7.Melakukan kunjungan
Kunjungan seorang muslim terhadap saudaranya merupakan bentuk perhatian dan kasih sayang.
Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ عَادَ مَرِيضًا أَوْ زَارَ أَخًا لَهُ فِي الله ناداه مناد أن طبت وطاب ممشاك وتبوأت من الجنة منزلا
siapa yang menjenguk orang sakit, atau mengunjungi saudaranya karena Alloh, maka dia akan dipanggil dari atas langit : Semoga engkau menjadi baik, baik pula perjalananmu dan engkau meraih kedudukan di surga.” (HR. Tirmidzi 1931, Ibnu Majah 1443. Dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Al-Misykah 1575. Lihat pula Shohih al-Jami’ 6387)
8.Meminta nasehat darinya
Karena apabila engkau minta nasehat pada orang yang hasad padamu, berarti engkau telah menanamkan nilai kecintaan dan pengagungan dalam dirinya. Hal ini akan membantu hilangnya penyakit hasad pada dirinya.
Ibnu Abbas rodhiyallohu anhuma berkata : “Tiga perkara yang aku tidak dapat membalasnya kecuali doa  : Seorang yang masuk menemuiku dalam suatu majelis, dia berdiri dengan senyum dan gembira. Seorang yang memberi kelapangan kepadaku dalam majelis. Seorang yang tertimpa masalah, kemudian dia minta pendapatku. Mereka adalah orang-orang yang aku tidak dapat membalas kebaikannya kecuali dengan doa.” (Ma’alim Fi Thoriq Tholibil Ilmi, Dr. Abdul Aziz as-Sadhan hlm 103)
9.Menyadari bahaya hasad
Nabi shallallahu’alihi wasallam bersabda,yang artinya
“Akan menjalar kepadamu suatu penyakait yang menjalar kepada umat sebelummu,yaitu hasad dan kebencian.Kebencian itu mencukur,aku tidak katakan mencukurrambut,akan tetapi mencukur agama.Demi(Allah) yang jiwaku berada ditangannya,sesumgguhnya kalian tidak masuk sorga sampai beriman,dan kalian tidak beriman sampai kalian saling mencintai.Maukah aku ceritakan dengan suatu hal yang menguatkan kecintaan diantara kalian?sebarkanlah salam diantara kalian”.( HR at-Tirmidzi, no. 2510.Dan dihasankan oleh syaikh Al Albani)
10.Memurnikan tauhid. Makhluk-makhluk ini ada yang menggerakkannya. Tidaklah makhluk mendapatkan manfaat dan mudarat kecuali seijin Penciptanya. Jika seseorang memurnikan tauhid maka hilanglah ketakutan kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala dari hatinya. Musuhnya menjadi lebih ringan di matanya daripada ditakuti bersama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Akan keluar dari hatinya kesibukan memerhatikan musuhnya, lalu hatinya akan dipenuhi dengan cinta, takut, kembali, dan tawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia memandang bahwa menggunakan pikirannya untuk memikirkan musuhnya adalah bentuk lemahnya tauhid. Karena, jika ia telah memurnikan tauhid, niscaya dalam hatinya ada kesibukan tersendiri.

HASAD YANG DIPERBOLEHKAN?
Mungkin diantara kita ada yang bertanya-tanya, apakah benar hasad itu ada yang diperbolehkan?, jawabannya, marilah kita simak sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:
لا حسد إلا في اثنتين رجل أتاه الله مالا فسلطه على هلكته في الحق ورجل اتاه الله الحكمة فهو يقضي بها ويعلمها                                    
Artinya: Tidak ada hasad kecuali kepada dua orang, yang pertama; kepada seseorang yang telah diberi harta kekayaan oleh Allah ta’ala dan ia habiskan dijalan yang benar, yang kedua; kepada seseorang yang telah diberi hikmah (ilmu) oleh Allah ta’ala dan ia memutuskan perkara dengannya serta mengajarkannya. (HR.Muttafaq alaih) .
Akan tetapi hasad dalam hadits ini berbeda pengertiannya dengan hasad yang telah disebutkan diatas, hasad yang ini disebut oleh para ulama’ dengan sebutan Ghibtah yaitu menginginkan kenikmatan seperti yang telah diperoleh oleh orang lain dengan tanpa benci kepada orang tersebut, serta tidak mengharapkan kenikmatan itu musnah darinya.
Syeikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad hafidzahullah dalam menjelaskan hadits diatas berkata; “yang dimaksud hasad disini adalah ghibtah”. Syarah Sunan Abu Dawud, hadits “Iyyakum walhasada” (Maktabah Syamilah 3).
Imam An-nawawi rahimahullah mengatakan, “ghibtah adalah ingin mendapat kenikmatan sebagimana yang diperoleh oleh orang lain dengan tanpa mengharapkan nikmat tersebut musnah darinya. Jika perkara yang di ghibtah tersebut adalah perkara dunia, maka hukumnya adalah mubah (boleh), jika perkara tersebut termasuk perkara akhirat, maka hukumnya adalah mustahab (sunnah), dan makna hadits diatas adalah tidak ada ghibtah yang dicintai (oleh Allah) kecuali pada dua perkara (yang tersebut diatas) dan yang semakna dengannya.
( Al-minhaj Syarhu Shahih Muslim Ibnul Hajjaj :Juz. 6/ Hal. 97)
Inilah sahabat ‘Umar ibnul Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata:
‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk bersedekah, bersamaan dengan saat di mana aku punya harta. Aku menyatakan: Hari ini aku akan saingi Abu Bakr jika aku bisa menyainginya pada suatu hari.’ ‘Umar berkata: ‘Aku datang membawa setengah hartaku.’ ‘Umar berkata lagi: ‘Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan kepadaku, ‘Apa yang kau sisakan untuk keluargamu?’ Aku berkata, ‘Harta yang semisalnya.’ Lalu datanglah Abu Bakr membawa semua yang dimilikinya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada Abu Bakr, ‘Apa yang kau sisakan untuk keluargamu?’ Dia menjawab, ‘Aku sisakan bagi mereka Allah dan Rasul-Nya.’ Maka aku (‘Umar) berkata: ‘Aku tidak akan menyaingimu dalam sesuatu pun selama-lamanya.’
Apa yang dilakukan ‘Umar adalah bentuk berlomba-lomba (dalam kebaikan) dan hasad yang diperbolehkan. Namun keadaan Abu Bakr lebih utama darinya, karena ia terbebas dari menyaingi orang lain secara mutlak. Ia tidak melihat kepada orang lain (ketika berinfak).
Demikian pula Nabi Musa ‘alaihissalam (seperti) dalam hadits Isra` Mi’raj. Muncul dalam dirinya keinginan menyaingi dan iri kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga ketika Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati Nabi Musa ‘alaihissalam, Nabi Musa ‘alaihissalam menangis. Ia ditanya: ‘Apa yang menyebabkanmu menangis?’ Musa berkata: ‘Aku menangis karena ada seorang pemuda –yakni Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam– yang diutus sepeninggalku, umatnya yang akan masuk surga lebih banyak daripada umatku’.” (Majmu’ Fatawa, Ibnu Taimiyyah rahimahullahu, 10/113-117)
Nasehat Bagi Para Penuntut Ilmu Syar’i Untuk Menjauhi Hasad
Para penuntut Ilmu adalah oramg-orang yang harus lebih waspada dari pada yang lain.Dikarenakan mereka adalah tauladan di masyarakatnya,maka apabila sesama thalibul ilmi(penuntut ilmu) saling hasad yang terjadi adalah keburukan yang besar.Apa fumgsinya mereka mengajak kepada kebaikan dan melarang dari perbuatn hasad akan tetapi diantara mereka sendiri saling hasad.
Ibnu Mâjah, Ibnu ‘Asâkir dan al-Fasawî meriwayatkan di dalam Târikh-nya,
dan al-Baihaqî di dalam asy-Syu’ab dan hadits ini dinilai valid (shahîh) oleh
al-‘Albânî –semoga Alloh merahmatinya- bahwa Rasulullah ‘alaihi ash-
Sholâtu was Salâm pernah ditanya : “Manusia bagaimanakah yang paling
utama (afdhal)?” Beliau menjawab :
أفضل الناس صاحب القلب المخموم صدوق اللسان             
 Manusia yang paling utama adalah yang memiliki hati yang bersih dan
lisan yang jujur.
Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, adapun lisan yang jujur kami
telah mengetahuinya. Akan tetapi, apakah yang dimaksud dengan orang
yang memiliki hati yang bersih?
Beliau menjawab :
هو قلب التقي النفي لا إثم فيه ولا بغي ولا غل ولا حسد          
Dia adalah hati yang putih lagi murni, tidak ternodai oleh dosa, aniaya,
dendam dan dengki.”
Hadits ini menjelaskan kepada kita akan keutamaan (afdhalîyah) yang ada
pada orang-orang beriman. Yaitu siapa saja yang hatinya bersih dari rasa
dendam dan dengki terhadap saudaranya, maka ia berada di atas kebaikan
yang besar dan berada di atas keutamaan
.Wallahu a’lam
Digg It! Stumble Delicious Technorati Tweet It! Facebook

0 komentar:

Posting Komentar

 

Kajian Islam Bontang Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template

KS